Sabtu, 21 Januari 2012

Manusia Sebagai Makhluk Individu Juga Makhluk Polekbudpsikol

  1. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang sama persis. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotif dan fenotif. Faktor genotif adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan. Faktor fenotif adalah faktor yang dipengaruhi oleh liengkungan. Faktor lingkungan ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individutidak hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan corak kepribadiannya termasuk kemampuan kecakapannya. Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak terjadi dalam waktu seketap. Melainkan terentang sebagai kesinambungan perkembangan sejak masa janin, bayi, anak, remaja, dewasa sampi tua.


  1. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Dalam menjalankan kehidupannya manusia senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan makhluk lainnya.
Adapun manusia dikatakan makhluk sosial karena beberapa alasan, diantaranya:
  1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
  2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
  3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
  4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Keberadaannya sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia melakukan peran-peran sebagai berikut:
  1. Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.
  2. Membentuk kelompok-kelompok kecil.
  3. Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok.


  1. Manusia Sebagai Makhluk Politik
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain dan memiliki strategi dalam mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan sebuah keharusan.
Ciri manusia sebagai makhluk politik dapat kita lihat bahw dalam kehidupan manusia selalu ditandai dengan adanya penentuan atas pilihan-pilihan dalam menjalani hidupnya. Dalam kehidupan tidak jarang manusia memiliki suatu keinginan yang sama. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, maka manusia memainkan perannya sebagai makhluk yang memilih untuk menentukan bagaimana cara untuk merealisasikan keinginan tersebut. Hal ini dapat berupa penentuan strategi pencapaian, pengelompokan manusia yang berkepentingan.
Manusia dan politik merupakan dua jenis entitas yang tidak dapt dipisahkan. Poitik adalah sebuah tindakan yang hanya bisa dilakukan oleh makhluk yang bernama manusia.
Aristoteles seorang filsuf Yunani menggariskan tentang posisi manusia terkait dengan penyelenggaraan kekuasaan demi mencapai kemaslahatan publik. Disinilah letak perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk lain yang tidak memiliki kepasitas olitik. Untuk meraih tujuan hidupnya, hewan menandalkan cara-cara di luar kualitas manusia.
Oleh karena itu, manusia secara etis dituntut untuk membuktikan bahwa dirinya berbeda dengan jenis makhluk lain. Berpolitik adalah salah satu tindakan yang merupakan garis batas pembeda dari kedua jenis makhluk tersebut.


  1. Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia adalah makhluk budaya artinya makhluk yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk mencitakan kebahagian baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
Tujuan dari pemahaman bahwa manusia sebagai makhluk budaya, agar dapat dijadikan dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai polemik budaya yang berkembang di masyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan makhluk biologis saja namun juga sebagai makhluk sosial, ekonomi, polirik, dan makhluk budaya.
Kebudayaan perlu dikaji agar kita bisa mengembangkan kepribadian dan wawasan berfikir. Kebudayaan diciptakan manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalm rangka mempertahankan hidup serta meningkatkan kesejahteraaan. Dalam proses perkembangan kebudayaan terjadi pula penyimpangan dari tujuan penciptaan kebudayaan yang disebut masalah kebudayaan.
Masalah kebudayaan adalah segala sistem atau tata nilai, sikap mental, pola fikir, pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara keseluruhan. Masalah tata nilai dapat menimbulkan kasus-kasus masyarakat, antara lain yaitu dehumanisasi, artinya pengurangan arti kemanusiaan seseorang.
Untuk mengantisipasi hal itu, manusia harus dikenalkan pada pengetahuan dan filsafat. Melalui fisafat bisa memaknai tentang etika, estetika, dan loogika. Jadi melalui kajian pengetahuan budaya, kita ingin menciptakan atau menertibkan dan pengelolaan nilai-nilai insan sebagai usaha menciptakan diri dalam alam lingkungannya baik secara fisik maupun mental.
Manusia memanusiakan dirinya dengan lingkunganny, artinya manusia membudayakan alam, memanusiakan hidup dan menyempurnakan hubungan antar manusia.
Adapun wujud dari kebudayaan adalah:
  • Ide (gagasan), adalah konsep pikiran manusia yang menjadi sistem budaya yang jdi adat istiadat.
  • Activity, yaitu kompleks aktivitas yang saling berinteraksi yang kemudian menjadi sistem sistem sosial atau pola aktifitas.
  • Benda budaya, sebagai hasil aktivitas.
  • Adapun yang menjadi unsur kebudayaan adalah bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian.


  1. Manusia Sebagai Makhlik Ekonomi
Manusia sebagai makhluk ekonomi dan sosial pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas.
Sebagai makhluk ekonomi yang bermoral, manusia berusaha mamilih dan menggunakan sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan norma-norma sosial, tidak merugikan orang lain, menggunakan sumber daya alam secara selektif, serta memperhatikan kelestarian lingkungan.


  1. Manusia Sebagai Makhluk Psikologi
Manusia adalah makhluk psikologi yang memiliki pembawaan universal, unik dan terus dikaji oleh para ahli humaniora. Manusia adalah insan bila dilihat dari sudut pandang psikologinya. Kenapa manusia disebut insan dalam bahasa arab menunjuk manusia sebagai makhluk psikologi, kata insan sendiri beasal dari tiga asal kata:
  1. Uns bermakna mesra, harmoni, jinak, tampak.
  2. Nasa yasunu bermakna terguncang, stress.
  3. Nasiya yansa bermakna lupa.
Bila kita menyatukan tiga asal kata tadi menjadi sebuah definisi maka manusia bila ditinjau dari sisi psikologinya adalah makhluk yang memiliki harmoni jiwa, cinta, benci, jinak, terkadang stress dan sering lupa. Kita pun pernah mengalami ketertarikan atau bahkan sesekali kita menginginkan sesuatu yang berunsur karakter hewan, kenapa itu bisa terjadi dan bagaimana cara mensikapi gejolak-gejolak yang tidak manusiawi dalam diri kita.

Konsep Pendidikan Umum di Indonesia



Sistem pendidikan modern cenderung mengarah pada suatu proses dehumanisasi. Ditandai oleh penajaman kajian keilmuan atau spesialisasi berlebihan dalam bidang-bidang tertentu. Maka sistem pendidikannya cenderung hanya memahami manusia pada satu aspek tertentu saja, sedangkan aspek-aspek lain diabaikan.
Pendidikan seperti ini menghasilkan para ulusan yang pola pikir, pola hidup bersifat materealistis dan perilaku makanistik. Mereka menjadi suatugenerasi yang miskin akan nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki. Sangat mengkhawatirkan generasi depan. Mereka masuk ke dalam persaingan global dengan menghalalkan segala cara demi mencapai kesuksesan material semata.
Konsep pendidikan umum di Indonesia berangkat dari UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Berdasarkan dari tujuan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan nasional Indonesia selalu memuat nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan secara terintegrasi.
Kompetensi MBB yang dituju adalah agar mahasiswa menguasai kemampuan berfikir rasional, berwawasan luas, berjiwa besar sebagai manusia intelektual beradab dan bermartabat yang bertanggung jawab:
  1. Terwujudnya estetika, etika dan moral atau nilai-niali budaya bagi keteraturan, kebersamaan dan kesejahteraan hidup masyarakat.
  2. Terpeliharanya sumber daya alam dan lingkungannya.

Ilmu Sosial dan Budaya


Pengertian Ilmu Sosial
Sumber dari semua ilmu pengetahuan adalah filsafat (philosophia). Dari filsafat lahir tiga cabang ilmu pengetahuan, yaitu:
  1. Natural science (ilmu-ilmu alam, meliputi fisika, kima, biologi).
  2. Social sciences (ilmu-ilmu sosial meliputi sejarah, politik, ekonomi).
  3. Humaniteis (ilmu-ilmu budaya meliputi : bahasa, agama, kesenian).
Dalam dunia pengajaran, ilmu-ilmu sosial mengalami perkembangan sehingga timbul faham studi sosial. Paham studi sosial dipergunakan bagi keperluan pendidikan dan pengajaran bukan disiplin ilmu yang mandiri. Studi sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.
Ilmu sosial dikatakan demikian karena ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek uang dipelajari. Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat. Sedangkan yang menjadi objeknya adala manusia yang selalu berubah-ubah. Ilmu sosial baru pada tahap analisis dinamika, artinya baru sampai pada analisis-analisis tentang masyarakat manusia dalam keadaan bergerak.
Jadi untuk melihat perbedaan antara soscial science dengan nature science dilihat dari objek formanya, artinya objek social science adalah manusia sedangkan untuk membedakan antara ilmu-ilmu sosial adalah focus of interest (pusat perhatian), misal ilmu ekonomi yang menjadi pusat yang dipelajarinya adalah usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materinya dari bahan-bahan yang terbatas ketersediannya. Ilmu politik pusat perhatiannya mengenai kekuasaan manusia, dan seterusnya.


  1. Pengertian Ilmu Budaya
Ilmu budaya adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling mendaar dalam kehidupan manusia sebagai makhluk berbudaya (homohumanus) dan masalah-masalah yang menyertainya, sering disebut sebagai humanities yang merupakan penegtahuan tentang konsep-konsep yang dapat digunakan untuk masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Materi ilmu kebydayaan dari bahan pengetahuan humaniora seperti filsafat, teleologia, ilmu hukum, sejarah, bahasa, kesusastraan dan seni. Humaniora mengajarkan bahan ajaran yang mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar manusia lebih manusiawi. Humaniora adalah seperangkat sikap, perilaku, moral manusia terhadap sesamanya sedangkan humanities adalah pengetahuan kebudayaan.

Visi, Misi dan Tujuan MBB-ISBD




Visi ISBD
Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupam bermasyarakat.
Misi ISBD
Memberiakn landasan dan wawasan yang luas serta menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif pada mahasiswa untuk memahami keragaman dan kesederajatan manusia dalam kehidupan masyarakat selaku individi dan makhluk sosial yang beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.
Tujuan ISBD
  • Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguadai pengetahuan tentang keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam kehidupan masyarakat.
  • Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam keehidupan bermasyarakat.
  • Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaju individu dan makhluk sosial yang beradab dalam mempraktikan pengetahuan akademik dan keahlian.

Manusia dan Lingkungan


  1. Pengertian Manusia dan Lingkungan
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensi yang tunduk kepada aturan-aturan Tuhan. Sedangkan lingkngan merupakan suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari penghidupan dan memiliki karakteristik serta fungsi yang khusus.
Relasi manusia dan lingkungan adalah hubungan yang timbal balik dan simbiotik mutualisme. Disebut sebagai timbal balik karena manusia hidup di alam lingkungan hidup dan alam sebagai lingkungan hidup juga membutuhkan manusia untuk pelestariannya. Jadi, manusia nutuh alam untuk kehidupannya dan alam juga membutuhkan manusia untuk pelestariaanya.
  1. Lingkungan Hidup Manusia
Manusia hidup, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan alam dan sosial budayanya. Dalam lingkungan alamnya manusia hidup dalam sebuah ekosistem yakni suatu unit atau satuan fungsional dari makhluk-makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam ekosistem terdapat komponen abiotik pada umumnya merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi makhluk-makhluk hidup di antaranya:
  1. Tanah.
  2. Udara atau gas-gas yang membentuk atmosfer.
  3. Air.
  4. Cahaya.
  5. Suhu atau temperature.
Sedangkan komponen biotik di antaranya adalah:
  1. Produsen
  2. Konsumen
  3. Pengurai
Selain itu di dalam lingkungan terdapat faktor-faktor berikut ini:
  1. Rantai makanan.
  2. Habitat.
  3. Populasi.
  4. Komunikasi.
  5. Biosfer.
  1. Pengaruh Manusia Pada Alam Lingkungan Hidupnya
Manusia sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan diri pada alam lingkungan hidupnya. Komunitas biologis di tempat mereka hidup, perubahan alam lingkngan hidup manusia tampak jelas di kota-kota dibandingkan dengan di hutan rimba di mana penduduknya masih sedikit dan primitif.
Perubahan alam lingkunga hidup manusia akan berpengaruh baik secara positif maupun negatif berpengaruh bagi manusia karena manusia mendpatkan keuntungan dari perubahan tersebut dan berpengaruh tidak baik karena dapat mengurangi kemampuan alam lingkungan hidup dalam menyokong kehidupan manusia.
  1. Penggunaan Sumber-Sumber Alam
Manusia memandang alam lingkungannya dengan macam-macam kebutuhan dan keinginan. Manusai bergulat dan bersaing dengan species lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini manusia memiliki kemampuan lebih besar dibandingkan organisme lainnya, terutama pada penggunaan sumber-sumber alamnya. Berbagai cara telah dilakukan manusia dalam menggunakan sumber-sumber dalam berupa tanah, air, fauna, flora, bahan-bahan galian, dan sebagainya.
Kerusakan lingkungan oleh aktivitas manusia yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta limbah industri dan transportasi, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka, serta menurunnya nilai estetika alam, merupakan beberapa masalah lingkungan hidup.

Manusia, Sains dan Teknologi


Sains dan Teknologi adalah institusi manusiawi; artinya Sains dan Teknologi adalah karya yang dilahirkan manusia. Maka tanpa adanya manusia kedua karya tersebut juga tidak akan ada. Namun ada beda fundamental antara kedua institusi tersebut. Perbedaannya terletak pada sumbernya.
Sains sebagai “body of knowledge” yang kita ketahui saat ini adalah hasil abstraksi manusia dari sumber alami melalui berbagai fenomena yang diamatinya. Berbagai kebenaran alami yang terhimpun dalam sains merupakan temuan (discovery) manusia. Namun tanpa manusiapun kebenaran alami tetap beroperasi sebagai sumber dari sains.
Berbeda dari sains, teknologi sepenuhnya bersumber pada manusia itu sendiri. Teknologi diciptakan manusia sebagai instrumen dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Teknologi merupakan suatu fenomena sosial. Oleh karena itu tanpa manusia, tanpa masyarakat, teknologipun tiada.
Sains itu sendiri secara umum didefinisikan sebagai pengetahuan (knowledge) yang didapatkan dengan cara sistematis tentang struktur dan perilaku dari segala fenomena yang ada di jagad raya dan isinya, baik fenomena alam maupun sosial. Sementara itu, teknologi merupakan aplikasi dari sains sebagai respons atas tuntutan manusia akan kehidupan yang lebih baik.
Teknik secara umum diartikan sebagai alat perlengkapan dan metode membuat sesuatu. Teknologi adalah suatu cara untuk teknik memproduksi atau memproses membuat sesuatu yang lebih mengembangkan ketrampilan manusia.
  1. Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap pola kemasyarakatan hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta pora dan rekreasi merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Mereka beranggapan hidup ini hanya satu kali sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Pandangan mereka terangkum dalam pandangan epikuris yang menyatakan “Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu karena besok engkau akan mati “
Dan salah satu sisi gelap gelombang perubahan zaman adalah sikap dan perilaku manusia yang semakin mendewakan materi dan terperangkap dalam pusaran kehidupan bendawi. Inilah yang disebut budaya hedonisme di mana kesenangan dan kenikmatan materi menjadi tujuan utama.
Dalam masalah pemanfaatan iptek, Barat sangat pragmatis-materialistis, artinya hanya mencari keuntungan materi dan kesenangan duniawi semata. Bacon berpendapat bahwa iptek harus digunakan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi, iptek hanya berarti bila nampak dalam kekuasaan manusia: iptek manusia adalah kekuasaan manusia. Pendekatan pragmatis materialis ini telah menyebabkan iptek dikembangkan untuk memenuhi kesenangan-kesenangan materi (hedonis-materialistis) dan mengorbankan alam semesta. Menjamurnya produk-produk mainan (game) yang melampaui kebutuhan merupakan bukti pemenuhan hedonisme tersebut.
  1. Pengembangan IPTEK dalam pertimbangan nilai etis dan religious
Mengembangkan nilai-nilai dan budaya iptek pada dasarnya adalah melakukan transformasi dari masyarakat berbudaya tradisional menjadi masyarakat yang berpikir analitis kritis dan berketerampilan iptek dengan tetap menjunjung/memelihara nilai-nilai agama, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa
Manusia sebagai makhluk yang berakal budi tidak henti-hentinya mengembangkan pengetahuannya. Akibatnya teknologi berkembang sangat cepat dan tidak terbendung seperti tampak dalam teknologi persenjataan, computer informasi, kedokteran, biologi dan pangan. Kemajuan teknologi tersebut bila tidak disertai dengan nilai etika akan menghancurkan hidup manusia sendiri seperti terbukti dengan perang Irak, pemanasan global, daya tahan manusia yang semakin rendah, pemiskinan sebagian penduduk dunia, makin cepat habisnya sumber alam, rusaknya ekologi, dan ketidakadilan. Pertanyaan yang secara etis dan kritis harus diajukan adalah, apakah teknologi yang kita kembangkan sungguh demi kebahagiaan manusia secara menyeluruh? “Nilai kemanusiaan” sebagai salah satu nilai etika perlu ditaati dalam mengembangkan teknologi
Sekarang umat manusia menghadapi masalah-masalah yang sangat serius, yang menyangkut teknologi dan dampaknya pada lingkungan. Kenyataan ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang etika:
a. Norma-norma etika (dan agama) yang seperti apakah yang harus kita patuhi dalam penelitian di bidang bioteknologi, fisika nuklir dan zarah keunsuran, serta astronomi dan astrofisika?
b. Dalam penelitian kedokteran dan genetika, apakah arti kehidupan?
c. Dalam penelitian dampak teknologi terhadap lingkungan, bagaimana seharusnya hubungan manusia dengan alam, baik yang nirnyawa(the inanimate world) maupun yang bernyawa.
d. Apakah masyarakat yang baik itu, dan dapatkah dikembangkan pengertian yang universal tentang kebaikan bersama yang melampaui individualisme, nasionalisme, dan bahkan antroposentrisme?
Dalam bioteknologi (termasuk rekayasa genetika) dan kedokteran, pertanyaan tentang arti, mulai dan berakhirnya kehidupan sangat penad (relevant). Apakah orang yang berada dalam keadaan koma dan fungsi faal serta metabolismenya harus dipertahankan dengan alat-alat kedokteran elektronik dalam jangka panjang yang tidak tertentu masih mempunyai kehidupan yang berarti ? Tak bolehkah ia minta (misalnya sebelum terlelap dalam keadaan seperti itu), atau diberi, euthanasia berdasarkan informed consent dari keluarganya yang paling dekat? Ini mengacu ke arti dan berakhirnya kehidupan. Mulainya kehidupan, penting untuk diketahui atau ditetapkan (dengan pertimbangan ilmu dan agama) untuk menentukan etis dan tidaknya menstrual regulation (“MR”) dan aborsi, terutama dalam hal indikasi medis dari risiko bagi ovum yang telah dibuahi dan terlebih-lebih lagi bagi ibunya, kurang meyakinkan.

Pandangan Hidup

Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh semua orang dan semua golongan.
Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat negative.
Di sinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya.
Biasanya orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang Pencipta bila sedang dirudung kesusahan. Namun, bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
  1. Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
  2. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
  3. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
  4. Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya.
  5. Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian, pandangan hiup erat sekali kaitannya dengan cita-cita. Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat mencerminkan cita-cita atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang atau masyarakat.
Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan, sebab kadang-kadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat. Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan hidup itu bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif.
Pandangan hidup yang sudah diterima oleh sekelompok orang biasanya digunakan sebagai pendukung suatu organisasi disebut ideology. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan, tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh jalan hidupnya menuju tujuan akhir.